Pages

Friday, October 26, 2012

Nasehat Masa Lalu

malam ini kuputuskan untuk duduk - duduk diteras rumah, aku masih terbayang tentang apa yang dikatakannya tadi siang kepadaku. namun setiap aku mencoba seperti apa yang ia katakan, seakan itu malah menjadi kekuatan untuk tetap mempertahankannya dalam fikiranku. mengapa dia begitu misterius sebenarnya apa yang ia sembunyikan dariku. bulan hanya menjadi saksi bisu dalam kesendirianku ini. aku berjal
an menuju tepi jalan yang tak begitu ramai, disitu terlihat beberapa orang di warung sedang menikmati malamnya dengan kopi dan beberapa rokok ditangannya. ringan seperti tak ada beban. kemudian aku duduk
disamping seorang laki - laki tua tadi. aku memesan kopi hangat, saya rasa cukup untuk menghangatkan tubuhku yang dari tadi telah diserang oleh hawa dingin. kepulan asap rokok mulai menyeruap dan menghampiri nafasku, aku terbatuk namun tak begitu keras.
"kenapa nak ?" tanya bapak disampingku,
"oh, ndak apa - apa pak" jawabku.
"ndak bisa tidur ?". aku menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kecil.
"aku dulu juga sepertimu, aku pernah muda juga", disertai tawa kecil. "memikirkan seseorang ya ?". kubalas hanya dengan senyum ringan. waduh bapak ini kerjanya sebagai wartawan apa ya, dari tadi tanya - tanya terus. "hati - hati ya nak dalam menjalin cinta, jangan seperti bapak ".
"memangnya seperti apa kisah cinta bapak ?". pembicaraan kami terpecah dengan datangya kopi pesananku tadi, wah harum sekali kopinya, saya rasa ini akan menjadi malam yan g panjang. kemudian sang bapak menyeruput kopi yang sudah dari tadi terhidang dihadapannya, dan sesekali menghisap rokok ditangannya, seakan mengumpulkan energi untuk meledakkan apa yang ada dalam sejarah hidupnya. "sepertinya ini akan menarik", gumamku. kemudian sang bapak menceritakan panjang lebar tentang pengalaman hidupnya dari mulai pertama bertemu hingga terpisah tanpa ada hubungan. "kenapa bisa begitu pak ?", "aku terlalu pengecut untuk menyatakan cintaku, hingga aku harus mengatakan disaat kepergian hidupnya". "memangnya kekasih bapak sakit apa ?". "dia mengidap penyakit tumor ganas yang ada diotaknya". kemudian kami terdiam beberapa saat, dan bapak tadi menghisap lagi rokoknya berharap penyesalannya terbang bersama kepulan asap putih yang keluar dari mulutnya. sekarang giliranku yang menjadi wartawan, aku tak ingin kehilangan satu informasipun dari yang ada dalam diri laki - laki tua tersebut. "apa bapak mengetahui dari awal bahwa kekasih bapak punya penyakit itu ." tanyaku."ah, dia terlalu kuat untuk memikulnya sendiri"."jadi bapak ndak tahu". "iya" jawabnya dengan datar. aku melihat penyesalan yang dalam mulai keluar dari matanya, meski masih bisa ia bendung. "lalu nagaimana bapak bisa mengetahui tentang penyakitnya ?". ah aku terlalu bersemangat untuk mengetahui semua ini. "suatu ketika saat aku bersamanya penyakitnya kambuh, dia mencoba menyembunyikannya dariku. saat aku tanya kenapa, dia hanya menjawab hanya pusing. aku mulai curiga, karena ini bukan pertama kalinya ia mengeluh pusing"."lalu ?" tanyaku dengan semangat. "sepertinya kau terlalu bersemangat" jawab bapak tadi. ah aku jadi merasa malu. "minum dulu tu kopinya, dari tadi dianggurin..". benar juga, kopinya ternyata sudah mulai dingin, kemudian aku meminumnya dengan khikmat, nikmat sekali. tapi rasa kopi ini tak senikmat cerita tadi. kemudian ia memulai certanya lagi. "suatu pagi aku mendengar ia dibawa kerumah sakit, aku terkejut mendengar berita itu, kemudian aku menyusulnya, ia terbaring tak berdaya diatas ranjang putih dengan selang yang masih menancap ditubuhnya. aku pegang tangannya dan ia membuka matanya dengan berat. kemudian ia tersenyum kecil. aku tak bisa membendung perasaan ini lagi lalu mengatakan bahwa aku mencintainya. aku terlalu takut ia meninggalkanku"."lalu bagaimana dengan kekasih bapak, apa dia tak menjawab ?"."mulutnya terlalu lemah untuk menjawab. namun kemudian ia tersenyum, senyum yang belum pernah aku lihat sebelumnya, seakan ia mengiyakan dan ingin mengatakan pula bahwa ia juga sangat mencintaiku". "beberpa menit kemudian ia dipanggil oleh Allah SWT. namun sampai sekarang aku masih mencintainya". kemudian ia menghisap rokoknya lagi yang sekarang sudah pendek. aku melihat jam di HPku ternyata sudah jam 12 malam. dan aku tidak bisa bermalam - malam karena besok ada kuliah pagi. lagian sekarang minuman kopiku sudah habis. "mau pulang ?" tanya sang bapak. "iya pak, sudah malam".jawabku dengan tergesa, sambil mengambil uang disaku untuk membayar kopi tadi. "perjuangkan cintamu, jangan seperti bapak"."hehe, iya pak" dengan anggukan kecil. hah, cinta yang mana yang harus aku perjuangkan? kemudian aku berjalan pulang berbekal kisah cinta dari sang bapak. hehe

0 comments:

Post a Comment