Aku tidak tahu untuk apa aku hidup. Entah apa
alasannya. aku tidak tertarik dengan orang lain. Adalah jalanku untuk hidup
melewati hidup orang lain. Hanya bekerja untuk mencukupi hidup sampai besok.
ya, secukupnya. Tak ada yang berarti dalam hidupku saat ini, termasuk diriku
sendiri. Tapi yang aku tahu ada malaikat kecil yang selalu membisikiku tentang
kehidupan. Adik perempuanku yang selalu menyemangatiku. Dengan kehidupanku yang
rumit tapi sederhana, aku selalu berjuang untuknya.
Aku selalu mengunjungi adikku yang terbaring
dirumah sakit. Dengan uang yang kudapatkan dari pekerjaanku, aku belikan dia
buku cerita yang terpajang di etalase toko buku. Entah sudah berapa kali aku
membeli disana setiap aku mendapat gaji, sama atau tidak buku itu, yang aku
tahu buku itu sampulnya
berbeda. entah apa yang dia ingin katakan, tapi dia selalu menyukainya. Pada akhirnya dia tetap terlihat senang ketika menerimanya.
berbeda. entah apa yang dia ingin katakan, tapi dia selalu menyukainya. Pada akhirnya dia tetap terlihat senang ketika menerimanya.
Aku dan adikku sangatlah berbeda. Dia berharap
untuk terus hidup. Aku juga yakin dia akan menemukan alasan untuk kehidupannya.
tapi, selama dua tahun ini dia terbaring diatas pembaringan kasur rumah sakit.
sangat malang nasibnya. Kalau bisa aku ingin bertukar tempat dengannya. karena
aku tidak punya harapan hidup. karena hidupku yang entah untuk tujuan apa.
hanya perasaan itu yang melengkapi. dan membuatku tetap datang kepadanya. Aku mengerti
betapa membosankannya hidup didalam ruangan yang sama selama dua tahun. Ruangan
yang pengap, berbau obat. Hanya ada beberapa pot bunga dan buku cerita yang aku
belikan, mungkin bisa menjadi pengganti teman hidupnya selama aku bekerja.
Musim
hujan dan musim kemarau sudah biasa. Tapi pekerjaan dimusim hujan jauh luar
biasa berat. jariku sampai membeku dan mati rasa. tapi walau begitu aku tetap
melakukannya untuk hidup. untuk hidup, untuk apa?. tak usah kupikirkan, jika
kupikirkan aku pasti berhenti dari pekerjaan ini. aku harus tetap melakukannya
untuk makan.
Aku ingin membeli hadiah untuk adikku. Benar !.
aku bisa minta ijin pada dokter dan membawanya keluar sebentar pada hari raya
idul fitri nanti. apa aku bisa membawanya dengan kursi roda?. kalaupun tidak
bisa, aku masih bisa menggendongnya. sejauh apapun aku bisa membawanya. aku
akan membelikan barang yang dia sukai. mungkin aku bisa mengajaknya makan kue.
sebaiknya aku mulai menabung. Akan kupastikan bahwa hari raya nanti adalah hari
raya yang paling berkesan dihidupnya.
"apa ada tempat yang ingin kau kunjungi
dimalam ramadhan?". Tanyaku. "ke alun-alun kota" jawabnya.
"cuma kesitu?". "soalnya disana banyak lampu yang kelap-kelip,
katanya disana tempat yang indah. setidaknya tahun lalu. kata dokter". Jawabnya
dengan polos. "kau mau
kesana?". Tanyaku lagi. "apa boleh?". "akan kuusahakan,
walaupun tidak boleh aku akan tetap membawamu". "sungguh?".
"ya..". "kakak..., terima kasih." Wajahnya yang mungil
mengembang seperti bunga yang sedang mekar. sejauh ini, inilah terima kasih
terbaik yang kuterima.
Pekerjaan gandaku dimulai, dirumah aku hanya
tidur, saat ini aku merasa aku bekerja dengan arti. Aku ingin membuatnya
bahagia, dengan sekuat tenaga aku ingin menjadi pengganti kedua orang tuaku
yang sudah lama meninggalkanku. Aku tak ingin ia merasakan apa yang aku
rasakan. Meski terkadang ia bertanya-tanya tentang mereka, dan meski aku tak
bisa menjawab semua pertanyaan tentang mereka. namun aku ingin melihat, aku
mampu untuk menggantikan mereka. bukan hanya sebagai kakak, tapi sebagai orang
tua.
Takbir berkumandang disana-sini, ini adalah malam
hari raya idul fitri, seperti janjiku kemarin aku akan mengajak adikku untuk
jalan-jalan keluar dari rumah sakit. Aku selalu menunggu malam ini, malam yang
penuh dengan kesuka citaan. Aku ingin adikku merasakannya seperti halnya orang
lain. Aku yakin, tabunganku sekarang sudah cukup untuk membelikan hadiah yang
ia inginkan. Apapun itu akan aku berikan, mau baju baru? Makanan enak? Apapun itu
pasti akan ku belikan.
Satu-satunya kekhawatiranku adalah, keadaan yang
kian memburuk. sudah jelas, aku tidak diijinkan untuk membawa adikku keluar
dari rumah sakit. jadi aku menunggu sampai jam besuk habis. diam-diam aku masuk
kekamarnya dan membawanya keluar. Aku menggendongnya, dan memastikan tidak ada
orang yang melihatku. Udara malam ini begitu dingin, sehingga aku harus
menyelimuti adikku yang berada digendonganku.
Aku sampai dialun-alun kota, dan benar disana
banyak lampu yang kelap-kelip. kugendong adikku, dan aku terus berjalan.
"wah indah ya". "ya, sangat indah" jawabnya lirih.
"kan... sangat indah...". aku senang melihatnya, karena kau.
"sekarang kita cari yang lebih asyik lagi, pertama hadiah untukmu. akan
kubelikan apa saja. untuk ini aku sudah menabung uang banyak. semahal apapun
akan kuberikan, jadi kita ketoko mana? toko pakaian, toko emas? atau
restauran?. ke mol juga boleh". "kakak, terima kasih ya". Jawabnya
lembut di dekat telingaku. Aku merasa bahagia sekali. "ya..,setelah itu
kita makan malam ya, aku sendiri belum tahu, tapi aku lihat dari majalah
tempatnya bagus, pelayannya elit, makan malam kelas atas, bagaimana?. aku juga
baru mau coba sih. ". saat itu, aku hanya bicara sendiri, dan terus
berjalan.
0 comments:
Post a Comment