“Aku bukan kartini yang dapat
menjunjung tinggi harkat dan martabat wanita. Aku adalah seorang ibu yang ingin
anaknya tetap hidup”
Tanah masih basah setelah tadi malam
terguyur oleh hujan yang cukup lebat. Kabut masih terlihat melekat menyeimuti
jalan – jalan desa yang cukup sepi ini. Tetesan embun mengalir bersama peluh
yang keluar dari kening seorang ibu yang baru saja ditinggal suaminya empat
bulan yang lalu. ia sudah memulai pekerjaanya dari dini hari sebelum ayam
berkokok. Sulastri, orang – orang biasa memanggilnya dengan nama lastri.